Thursday 30 May 2013

Ketika Kursi DPR dibeli dengan Harga Permen

Indonesia sudah tak seperti dahulu lagi. Kekayaan alam, kesejahteraan, hukum dan sistem pemerintahan tak sebaik dahulu, ketika hukum, peraturan dan sistem pemerintahan masih tertata dengan baik. Tapi sekarang untuk masalah sistem pemilihan caleg pun sudah amburadul dan tidak sesuai dengan keinginan rakyatnya. Kursi DPR pun sangat lah mudah untuk didapat dengan hanya syarat mendapatkan suara terbanyak, tanpa mementingkan kualitas caleg yang tidak didukung oleh  keilmuannya.

Ibaratnya jangankan dosen, tukang becak pun bisa mencalonkan diri sebagai caleg di negeri ini dan hebatnya lagi keluarga Nazaruddin pun masuk dalam daftar caleg PD. Dimana telah dijelaskan oleh Ketua Harian DPP PD Syarief Hasan (detik.com). Dan tak ketinggalan para selebritis pun ikut meramaikan untuk merebut kursi DPR. Seperti sebuah iklan, apapun jabatannya, pekerjaannya, pendidikannya adalah yang terpenting adalah tetap suara terbanyak. Mau dibawa kemanakah negeri tercinta ini ?

Sangatlah mudah bukan untuk menjadi anggota legisatif ? Mudah disini adalah bagaimana sistem perekrutan yang dilakukan oleh para partai dengan tidak mementingkan kualitas, melainkan ketenaran dan kekuasaan dan yang terpenting adalah suara terbanyak. Tak heran jika yang meduduki kursi DPR sekarang ini adalah orang-orang yang berkuasa dan masih dipertanyakan kualitasnya.

Memang butuh banyak uang untuk merebut kursi DPR, tapi nyatanya tak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Penghasilan yang mereka dapat tak sebanding dengan uang yang telah dikeluarkan untuk kampanye dll. Belum lagi biaya kongkalikong dengan rakyat agar mereka dipilih.

Calon legislatif adalah orang yang berdasarkan pertimbangan, aspirasi, kemampuan atau dukungan masyarakat, yang dinyatakan telah memenuhi syarat oleh peraturan diajukan partai untuk menjadi anggota legislatif (DPR/DPRD) dengan mengikuti pemilihan umum dan ditetapkan KPU sebagai caleg tetap.

Tahun ini adalah tahun yang penuh perjuangan untuk para kandidat caleg, waktu 24 jam digunakan untuk berpikir, berdiskusi, berkunjung kesana-kemari dengan tujuan untuk mensosialisasikan program-program yang akan ditawarkan dalam kampanye nanti, dan tidak ketinggalan visi-misi yang belum jelas juga akan disosialisasikan.

Dengan perhitungan yang cermat, para caleg ini sangat yakin akan mendapat suara untuk melawan para pesaingnya. Para caleg ini segera mengikuti tender yang akan memperebutkan suara rakyat, dengan pemaparan program-progam yang akan dilakukan bila suatu saat jadi pemenang. Tak ketinggalan emosi masa pendukung sangat mempengaruhi orasi caleg, kadang kala dengan orasi tanpa teks, sering membuat isi pidato menjadi bias, dan kadang lupa apa yang telah di ucapkannya. Jika dibandingkan tak beda jauh dengan pedagang obat di pinggir pasar.

Gambaran ini merupakan kegiatan  para caleg yang sibuk untuk mengejar target suara dan popularitas di masyarakat, karena syarat utama untuk menjadi anggota legislatif adalah suara terbanyak yang bisa direkrut.
Para selebritis yang ikut meramaikan kursi DPR ini pun tak ketinggalan dalam mensosialisasikan visi-misinya kepada rakyat khususnya para fansnya. Berbagai selebritis dengan latar belakang berbeda yaitu sebagai penyanyi, bintang film, pemain sinetron, dan bintang iklan yang kini menumpuk di berkas KPU.

Banyaknya nama selebritis ini bukan lah hal semata-mata ingin berpartisipasi dalam merebut kusri DPR melainkan tentunya menjadi strategi jitu partai politik untuk berkompetisi dengan partai politik lainnya. Partai politik berlomba-lomba untuk merekrut para selebritis dengan tujuan dikenal oleh rakyatnya seperti yang pernah terjadi pada tahun 2009 lalu tanpa mereka sadari dampak kedepannya. 

Nama selebritis yang muncul dalam Pemilu 2014 juga diisi dengan nama-nama yang sebelumnya sudah berpolitik dan duduk di parlemen seperti Tantowi Yahya, Nurul Arifin, Dedi “Miing” Gumelar, Rieke Dyah Pitaloka, Venna Melinda, Jamal Mirdad, dan Rachel Maryam. Dan belasan selebritis lain pun ikut meramaikan yang telah terdaftar sebagai Daftar Calon Sementara (DCS), diantaranya adalah Partai Kebangkitan Bangsa Ridho Rhoma, Arzatti Bilbina Said (Bajaj Bajuri), Mandala Shoki, Iyeth Bustami, Akri Patrio. Untuk Partai Persatuan Pembangunan Angel Lelga, Okky Asokawati, Mat Solar. Partai Amanat Nasional Primus Yustisio, Eko (Patrio) Hendro Purnomo, Ikang Fauzi Dwiki Dharmawan, Desy Ratnasari, Anang Hermansyah, Jeremy Thomas, Ayu Azhari, Gading Martin, dan Yayuk Basuki. Dengan ketenaran yang mereka punya, akankah para selebritis ini bisa mendengar aspirasi rakyatnya? Karna bagaimanapun aspirasi rakyat ingin didengar dan adanya perubahan yang lebih baik kedepannya.

Ketika para kandidat dari kalangan selebritis dan partai politik sibuk dengan mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendapatkan suara terbanyak, kadang kala mereka tak pernah mempertimbangkan apa yang terjadi ketika mereka gagal. Fisik boleh kuat, tapi mental juga haruslah diperhatikan. Keimanan perlu mereka perhatikan ketika mereka sedang bertarung memperebutkan kursi DPR, karena jika mereka gagal, mereka tidak akan cemas dan jatuh sakit akibat stress apalagi sampai bunuh diri.

Bagi mereka yang tidak kuat mental, ketika mereka gagal banyak sekali jiwanya yang terguncang. Kadang kala mereka menjadi stress tak menentu hingga bunuh diri. Mereka akan merasakan itu ketika mereka gagal karena mereka dirasuki berbagai perasaan, seperti malu, kegagalan yang terus mendera, bahkan utang sana-sini karena banyak menghabiskan biaya.

Jika dilihat dari masalah ini, untuk mengisi kekuasaan di lembaga legislatif sangatlah diperlukan orang-orang terpilih yang mewakili rakyat di suatu daerah. Bukan hanya modal ketenaran dan kekuasaan yang menjadi tolak ukur untuk menjadi seorang anggota legislatif tetapi yang terpenting adalah mempunyai kualitas, karena bagaimanapun rakyat menginginkan kesejahteraan dan yang terpenting sistem pemerintahan berjalan dengan baik.


Jika caleg telah mendapat dukungan, dan duduk  menjadi anggota Legislatif, sesungguhnya belum disebut sebagai pemenang, tetapi baru masuk kelingkaran setan yang penuh godaan. Jika caleg telah mampu memilah, menolak dan mengindari godaan itu maka barulah dikatakan sebagai pemenang yang mapu mengelola kemenangan itu. Karena bagaimanapun jika telah mampu menolak semua godaan tersebut, akan terhindar dari yang namanya korupsi dan negara akan tertata dengan baik, rakyat senang dan sejahtera.

0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment