Indonesia
sudah tak seperti dahulu lagi. Kekayaan alam, kesejahteraan, hukum dan sistem
pemerintahan tak sebaik dahulu, ketika hukum, peraturan dan sistem pemerintahan
masih tertata dengan baik. Tapi sekarang untuk masalah sistem pemilihan caleg
pun sudah amburadul dan tidak sesuai dengan keinginan rakyatnya. Kursi DPR pun
sangat lah mudah untuk didapat dengan hanya syarat mendapatkan suara terbanyak,
tanpa mementingkan kualitas caleg yang tidak didukung oleh keilmuannya.
Ibaratnya
jangankan dosen, tukang becak pun bisa mencalonkan diri sebagai caleg di negeri
ini dan hebatnya lagi keluarga Nazaruddin pun masuk dalam daftar caleg PD.
Dimana telah dijelaskan oleh Ketua Harian DPP PD Syarief Hasan (detik.com). Dan
tak ketinggalan para selebritis pun ikut meramaikan untuk merebut kursi DPR.
Seperti
sebuah iklan, apapun jabatannya, pekerjaannya, pendidikannya adalah yang terpenting
adalah tetap suara terbanyak. Mau dibawa kemanakah negeri tercinta ini ?
Sangatlah
mudah bukan untuk menjadi anggota legisatif ? Mudah disini adalah bagaimana
sistem perekrutan yang dilakukan oleh para partai dengan tidak mementingkan
kualitas, melainkan ketenaran dan kekuasaan dan yang terpenting adalah suara
terbanyak. Tak heran jika yang meduduki kursi DPR sekarang ini adalah
orang-orang yang berkuasa dan masih dipertanyakan kualitasnya.
Memang
butuh banyak uang untuk merebut kursi DPR, tapi nyatanya tak sebanding dengan
apa yang mereka dapatkan. Penghasilan yang mereka dapat tak sebanding dengan
uang yang telah dikeluarkan untuk kampanye dll. Belum lagi biaya kongkalikong
dengan rakyat agar mereka dipilih.
Calon
legislatif adalah orang yang berdasarkan pertimbangan, aspirasi, kemampuan atau
dukungan masyarakat, yang dinyatakan telah memenuhi syarat oleh peraturan
diajukan partai untuk menjadi anggota legislatif (DPR/DPRD) dengan mengikuti
pemilihan umum dan ditetapkan KPU sebagai caleg tetap.
Tahun
ini adalah tahun yang penuh perjuangan untuk para kandidat caleg, waktu 24 jam
digunakan untuk berpikir, berdiskusi, berkunjung kesana-kemari dengan tujuan
untuk mensosialisasikan program-program yang akan ditawarkan dalam kampanye
nanti, dan tidak ketinggalan visi-misi yang belum jelas juga akan
disosialisasikan.
Dengan
perhitungan yang cermat, para caleg ini sangat yakin akan mendapat suara untuk melawan
para pesaingnya. Para caleg ini segera mengikuti tender yang akan memperebutkan
suara rakyat, dengan pemaparan program-progam yang akan dilakukan bila suatu
saat jadi pemenang. Tak ketinggalan emosi masa pendukung sangat mempengaruhi orasi
caleg, kadang kala dengan orasi tanpa teks, sering membuat isi pidato menjadi
bias, dan kadang lupa apa yang telah di ucapkannya. Jika dibandingkan tak beda
jauh dengan pedagang obat di pinggir pasar.
Gambaran
ini merupakan kegiatan para caleg yang
sibuk untuk mengejar target suara dan popularitas di masyarakat, karena syarat
utama untuk menjadi anggota legislatif adalah suara terbanyak yang bisa
direkrut.
Para
selebritis yang ikut meramaikan kursi DPR ini pun tak ketinggalan dalam
mensosialisasikan visi-misinya kepada rakyat khususnya para fansnya. Berbagai
selebritis dengan latar belakang berbeda yaitu sebagai penyanyi, bintang film,
pemain sinetron, dan bintang iklan yang kini menumpuk di berkas KPU.
Banyaknya
nama selebritis ini bukan lah hal semata-mata ingin berpartisipasi dalam
merebut kusri DPR melainkan tentunya menjadi strategi jitu partai politik untuk
berkompetisi dengan partai politik lainnya. Partai politik berlomba-lomba untuk
merekrut para selebritis dengan tujuan dikenal oleh rakyatnya seperti
yang pernah terjadi pada tahun 2009 lalu tanpa mereka sadari dampak
kedepannya.
Nama
selebritis yang muncul dalam Pemilu 2014 juga diisi dengan nama-nama yang
sebelumnya sudah berpolitik dan duduk di parlemen seperti Tantowi Yahya, Nurul
Arifin, Dedi “Miing” Gumelar, Rieke Dyah Pitaloka, Venna Melinda, Jamal Mirdad,
dan Rachel Maryam. Dan belasan selebritis lain pun ikut meramaikan yang
telah terdaftar sebagai Daftar Calon Sementara (DCS), diantaranya adalah Partai
Kebangkitan Bangsa Ridho Rhoma, Arzatti Bilbina Said (Bajaj Bajuri), Mandala Shoki,
Iyeth Bustami, Akri Patrio. Untuk Partai Persatuan Pembangunan Angel Lelga,
Okky Asokawati, Mat Solar. Partai Amanat Nasional Primus
Yustisio, Eko (Patrio) Hendro Purnomo, Ikang Fauzi Dwiki Dharmawan, Desy
Ratnasari, Anang Hermansyah, Jeremy Thomas, Ayu Azhari, Gading Martin, dan
Yayuk Basuki. Dengan ketenaran yang mereka punya, akankah para selebritis ini
bisa mendengar aspirasi rakyatnya? Karna bagaimanapun aspirasi rakyat ingin
didengar dan adanya perubahan yang lebih baik kedepannya.
Ketika
para kandidat dari kalangan selebritis dan partai politik sibuk dengan
mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendapatkan suara terbanyak, kadang kala
mereka tak pernah mempertimbangkan apa yang terjadi ketika mereka gagal. Fisik
boleh kuat, tapi mental juga haruslah diperhatikan. Keimanan
perlu mereka perhatikan ketika mereka sedang bertarung memperebutkan kursi DPR,
karena jika mereka gagal, mereka tidak akan cemas dan jatuh sakit akibat stress
apalagi sampai bunuh diri.
Bagi
mereka yang tidak kuat mental, ketika mereka gagal banyak sekali jiwanya yang
terguncang. Kadang kala mereka menjadi stress tak menentu hingga bunuh diri. Mereka
akan merasakan itu ketika mereka gagal karena mereka dirasuki
berbagai perasaan, seperti malu, kegagalan yang terus mendera, bahkan utang
sana-sini karena banyak menghabiskan biaya.
Jika
dilihat dari masalah ini, untuk mengisi kekuasaan di lembaga legislatif
sangatlah diperlukan orang-orang terpilih yang mewakili rakyat di suatu daerah.
Bukan hanya modal ketenaran dan kekuasaan yang menjadi tolak ukur untuk menjadi
seorang anggota legislatif tetapi yang terpenting adalah mempunyai kualitas,
karena bagaimanapun rakyat menginginkan kesejahteraan dan yang terpenting sistem
pemerintahan berjalan dengan baik.
Jika
caleg telah mendapat dukungan, dan duduk
menjadi anggota Legislatif, sesungguhnya belum disebut sebagai pemenang,
tetapi baru masuk kelingkaran setan yang penuh godaan. Jika caleg telah mampu
memilah, menolak dan mengindari godaan itu maka barulah dikatakan sebagai
pemenang yang mapu mengelola kemenangan itu. Karena bagaimanapun jika telah
mampu menolak semua godaan tersebut, akan terhindar dari yang namanya korupsi
dan negara akan tertata dengan baik, rakyat senang dan sejahtera.
0 comments:
Post a Comment